Engkau penerang dalam hidupku...
Engkau berjasa dalam hidupku...
Namun sering pula kau hancurkan hatiku...
Sering aku heran...
Tiada hujan tiada petir, tiba-tiba kau tidak mengalir dalam kabel-kabel kehidupanku...
Sering aku dengar keluh kesah tentangmu...
Bahkan sering pula aku dengar sumpah serapah dan makian tertuju padamu..
Hanya kurang 15 kilo dari istana Bogor...
Kurang 1 kilo dari kampus pertanian yang megah...
Kau sering bikin ulah menjengkelkan...
Tiba-tiba kau berhenti mengisi kabel-kabel di tembok kamarku dengan tenagamu...
Lupakan nyayian pilumu tentang 75-100 dan 17-22 itu...
Terlalu sering kau bernyayi tapi melupakan semua kesalahan-kesalahanmu...
Kau buang uang percuma dengan 75-100 dan 17-22 itu...
Lupa akan kekurangan tenagamu...
Aku heran...
Engkau sering berkoar untuk berhemat...
Tapi...
Blok 450 sudah tak kau jual lagi...
Sering blok 900 kau bilang tidak ada lagi...
Kau paksa kami memakai 1300...
Kau iming-iming kami dengan tambah daya gratismu...
Lalu dimana otakmu...
Aku heran...
Kau bilang kurang tenaga...
Kau jual 1300...
Kau buang 450...
Lalu dimana otakmu...
Sudahlah...
Lupakan 75-100 mu itu...
Pikirkan kesehatanmu saat ini...
Jangan kau buang uang percuma...
Lebih baik kau cari dulu dimana otakmu...
Sunday, 9 December 2007
Sebuah Puisi Untuk PLN-ku...
Diposting oleh Slamet Widodo di 9:22 pm
Subscribe to:
Comment Feed (RSS)
|